Selasa, 01 Desember 2015

TABUNGAN, Masihkah Bermanfaat?

Bagi sebagian masyarakat Indonesia, aktivitas menabung sering diartikan sebagai investasi. Tujuannya bisa bermacam-macam. Baik itu sekedar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, untuk biaya pendidikan anak, kebutuhan membeli mobil, atau pun membeli rumah.

Untuk meluruskannya, Ruben Sukatendel, pendiri dan perencana keuangan dari Fokus Finansial, mengingatkan kembali bahwa kegiatan investasi merupakan upaya agar nilai uang yang kita miliki tidak tergerus oleh inflasi. Selama sepuluh tahun terakhir ini ..........

















Senin, 09 November 2015

Kembali Masuk Saham Dengan Aman

........OSO Manajemen Investasi memanfaatkan momen titik balik pergerakan indeks saham untuk memperkenalkan produk reksadana baru besutannya. Produk reksadana baru tersebut bernama Reksadana Saham Borneo Equity Fund. Menurut Direktur Investasi OSO Manajemen Investasi, Ruben Sukatendel, pasar saham yang mulai pulih, sementara harga sejumlah saham berfundamental bagus masih diskon, menjadi alasan perusahaan manajemen investasi ini memilih meluncurkan reksadana saham untuk saat ini.

Ruben Sukatendel menjelaskan, reksadana saham ini lebih cocok bagi investor yang memiliki profil risiko cukup tinggi. selain itu, agar hasil investasi lebih maksimal, investor diharapkan melakukan investasi dengan horizon menengah panjang.

Ruben juga memaparkan, pertimbangan memilih saham-saham anggota indeks IDX30 sebagai underlying saham pada Reksadana Saham Borneo Equity Fund lantaran saham yang masuk pada indeks ini memiliki likuiditas yang besar. Fundamental saham-saham anggota indeks ini juga cukup kuat sehingga diharapkan dapat meminimalisir risiko investasi........

Tabloid Kontan
9 November - 15 November 2015
N0. 07 - XX, 2015







Rabu, 17 Juni 2015

Strategi investasi pada saat pasar saham anjlok

.........sebagai investor di pasar modal atau bagi anda yang tertarik berinvestasi dipasar modal dapat menarik beberapa pelajaran,  seperti misalkan jangan terlalu gampang panik dan “menelan” semua pendapat orang lain tentang arah pergerakan bursa. Dalam kondisi market yang sedang anjlok, ketahui saham-saham yang kuat secara fundamental dan harganya dipasar dihargai lebih murah dari harga wajarnya, kata Ruben Sukatendel Direktur Investasi OSO Manajemen Investasi. Ruben Sukatendel yang juga Owner and Founder Perencana Keuangan Fokus Finansial menjelaskan bahwa memahami pemicu penurunan harga saham merupakan hal yang bijaksana untuk dapat memilih saham-saham yang berprospek menjanjikan, misalkan dengan nilai tukar Rupiah yang sedang turun maka akan memberatkan perusahaan yang mengandalkan bahan baku impor, tetapi menguntungkan perusahaan yang orientasinya ekspor. Setelah memahami hal tersebut maka anda dapat melakukan pembelian atas saham-saham tersebut secara bertahap mengantisipasi pasar lebih turun lagi agar harga perolehan  atas saham tersebut dapat lebih murah.

Prakteknya di dunia nyata, investasi di pasar modal tidaklah semudah yang diceritakan. Pada saat anda sudah berinvestasi  dan mengikuti pergerakan naik-turunnya harga saham maka anda sudah harus kuat secara mental dan fisik. Pengetahuan yang baik atas instrumen pasar modal menjadi suatu keharusan yang dimiliki yang menjadi bekal dan modal agar tidak mudah dipengaruhi oleh orang-orang yang tentunya juga hanya dapat memperkirakan arah pasar dengan embel-embel kata "disclaimer on" 

Baca selengkapnya pada Majalah Suara Pemred, edisi 22, Juni 2015 
 #rubensukatendel

 

Ruben Sukatendel 
#rubensukatendel



Selasa, 26 Mei 2015

Empat Kunci Memilih Saham Yang Oke

Sharing perihal pemilihan saham dilihat dari sisi fundamental perusahaan yang seharusnya investor ketahui sebelum berinvestasi pada saham  yang memiliki fundamental terbaik disektor industrinya. Penjelasan Ruben Sukatendel, Investment Director OSO Manajemen Investasi dalam artikel " Empat Kunci Memilih Saham Yang Oke...." merupakan hal dasar dari banyak ratio keuangannya lainnya yang perlu diperhatikan seperti Earning Per Share (EPS), Price Earning Share (PER), Book value (BV), dll.

Baca selengkapnya di Tabloid Kontan, No 34 - XIX, 2015
18 Mei - 24 Mei 2015


Senin, 27 April 2015

Unit Link ; Asuransi Plus Investasi

Hati-hati! "Asuransi unit link memang praktis dari sisi produk, tetapi 'praktis' juga dari sisi manfaat", nasihat Ruben Sukatendel, pendiri dan perencana keuangan dari Fokus Finansial. Maksud Ruben, meski memiliki unsur investasi, produk ini biasanya memiliki beberapa biaya tambahan. Contohnya biaya alokasi premi, biaya pengelolaan, biaya administrasi, dll. Walhasil, misal kita investasikan Rp500 ribu, yang masuk ke kantong investasi tidak utuh senilai itu. 

Baca selengkapnya di Intisari edisi April 2015
www.intisari-online.com











Minggu, 26 April 2015

Menimbang Untung Rugi Bisnis Batu Akik

Sudah layak-kah batu akik dikategorikan sebagai salah satu instrumen investasi? Ruben Sukatendel, Direktur Investasi di OSO Manajemen Investasi mempertanyakan kelayakan posisi batu akik.  Ruben Sukatendel yang juga merupakan Owner dan Founder Perencana Keuangan Fokus Finansial menjelaskan, bahwa dalam berinvestasi anda harus mengerti pengertian "nilai" dan "harga" dalam berinvestasi.  Nilai adalah sesuatu yang kita peroleh, sedangkan harga adalah sesuatu yang kita bayar. Dalam berinvestasi, usahakan harga yang anda bayar lebih kecil dari nilai yang dapat anda peroleh.

Baca selengkapnya di Intisari edisi April 2015
www.intisari-online.com










Jumat, 23 Januari 2015

Return Saham Konstruksi, Dahsyat….

Sepanjang tahun 2014, kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia sekitar 20 persen yang dikontribusikan tertinggi oleh sektor properti, perbankan, serta infrastruktur. Kenaikan indeks harga saham merupakan tolak ukur dimata para investor, baik asing maupun domestik, bahwa kondisi ekonomi Indonesia yang masih menjanjikan dimasa sekarang dan yang akan datang. Kondisi ekonomi yang baik dan bertumbuh, tentunya tidak akan jatuh dari langit secara gratis, tetapi butuh kesungguhan hati dengan usaha besar untuk kerja. kerja. kerja..

Investor menaruh harapan besar atas pemerintahan Jokowi-JK untuk membenahi sistem pemerintahan dan ekonomi. Sistem pemerintahan dengan birokrasi yang berbelit dipandang memperlambat   pertumbuhan   dari   sisi   ekonomi   dengan   berkurangnya   minat   investor   untuk menanamkan modalnya. Bukan masalah mudah yang harus dibenahi pemerintahan saat ini, selain berat tentunya butuh keberanian dalam pengambilan keputusan.

Isu penting yang menjadi perhatian investor diantaranya adalah jaminan keamanan dalam berinvestasi, kepastian hukum, nilai tukar rupiah, inflasi, neraca dagang, dan cadangan devisa. Selain kerja keras dan kesungguhan hati, terkadang kondisi lingkungan ikut mendukung kesuksesan seseorang. Pemerintahan Jokowi-JK yang masih terbilang dalam hitungan bulan, telah berani mengambil keputusan untuk   mencabut   sebagian   subsidi   BBM   dan   berencana   mengalihkannya   untuk   pembangunan infrastruktur di Indonesia. Tidak mudah mengambil keputusan yang tidak populer dan dianggap pil pahit, tetapi kebanyakan obat yang khasiatnya menyembuhkan memang rasanya tidaklah manis.

Para investor dipasar modal sangat jeli melihat peluang dimasa yang akan datang. Pada saat masa kampanye dan dan pencalonan kepala negara, kubu Jokowi-JK sudah menggaungkan bahwa pada saat mereka terpilih akan fokus atas pembangunan infrastruktur seperti irigasi, jembatan, waduk, pembangkit listrik, pelabuhan, tol-laut, dan lainnya. Investor sangat yakin bahwa pemenang pengerjaan proyek akan didominasi perusahaan konstruksi milik pemerintah seperti Wijaya Karya, PTPP, Waskita, dan Adhi Karya.

Konstruksi  merupakan  sub  sektor  dari  sektor  Properti  dalam  pengklasifikasian  perhitungan indeks di bursa saham Indonesia. Kenaikan indeks sektor properti Indonesia sepanjang tahun 2014 sekitar 51,71%   dengan PE Ratio 16,79 kali dan yang mencengangkan adalah kenaikan harga saham konstruksi BUMN yang kenaikannnya rata-rata diatas 100 persen setahun, bahkan kenaikan   saham Waskita Karya sepanjang tahun 2014 diatas 200 persen. Rata-rata PE Ratio ke-empat perusahaan konstruksi BUMN tersebut sekitar 30,67 persen atau dengan kata lain investor dapat menerima bahwa dengan asumsi pendapatan tetap seperti sekarang, mereka akan balik modal 30 tahun lagi berdasarkan pendapatan. Pertanyaan besarnya, apakah investor sedang berspekulasi besar disektor properti sub konstruksi ataukah memang mereka sangat yakin bahwa program pembangunan infrastruktur Jokowi JK akan segera terwujud.

Melihat kenyataan kenaikan indeks saham Indonesia pada tahun 2014 yang cukup memuaskan, maka diperkirakan kenaikan tersebut akan berlanjut ditahun 2015. Dari perbandingan tiga sektor sepanjang tahun 2014, terlihat sektor properti mengungguli kenaikan sektor keuangan dan sektor pertambangan  yang  masih  mengalami  kinerja  memprihatinkan  dikarenakan  harga  komoditas  yang belum mengalami kenaikan setelah penurunan harga yang cukup dalam dan berkepanjangan.
 
Dibutuhkan kejelian dan keberuntungan untuk berinvestasi di tahun 2015, semoga ada sektor lain selain properti yang menjadi primadona ditahun ini. Bila saham konstruksi tetap menjadi incaran investor, maka saham semen dapat menjadi salah satu menjadi perhatian, karena tidak mungkin rasanya perusahaan konstruksi membangun tanpa menggunakan semen. Selamat berinvestasi..(Ruben Sukatendel)

*** Artikel " Return Saham Konstruksi, Dahsyat…." dipublikasi pada majalah Suara Pemred, edisi Januari 2015  



#rubensukatendel