Sepanjang tahun 2014, kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia sekitar
20 persen yang dikontribusikan tertinggi oleh sektor properti, perbankan, serta infrastruktur. Kenaikan indeks harga saham merupakan
tolak ukur dimata para investor, baik asing maupun domestik, bahwa
kondisi ekonomi Indonesia yang masih
menjanjikan dimasa sekarang dan yang akan datang. Kondisi
ekonomi yang baik dan
bertumbuh, tentunya tidak akan jatuh dari langit secara gratis,
tetapi butuh kesungguhan
hati dengan usaha besar untuk kerja…. kerja…. kerja…..
Investor menaruh harapan besar atas pemerintahan Jokowi-JK untuk membenahi sistem
pemerintahan dan
ekonomi. Sistem pemerintahan dengan birokrasi yang berbelit dipandang memperlambat pertumbuhan
dari sisi
ekonomi dengan
berkurangnya minat
investor untuk
menanamkan
modalnya. Bukan masalah mudah yang
harus dibenahi pemerintahan saat ini, selain berat tentunya butuh keberanian dalam pengambilan
keputusan.
Isu penting yang menjadi perhatian investor diantaranya adalah jaminan keamanan dalam berinvestasi, kepastian
hukum, nilai tukar
rupiah, inflasi, neraca dagang, dan cadangan devisa. Selain
kerja keras dan kesungguhan hati, terkadang
kondisi lingkungan ikut mendukung
kesuksesan seseorang. Pemerintahan Jokowi-JK
yang masih terbilang dalam hitungan bulan, telah berani
mengambil keputusan
untuk mencabut
sebagian subsidi BBM
dan berencana mengalihkannya untuk pembangunan infrastruktur di Indonesia. Tidak mudah mengambil keputusan yang tidak populer dan dianggap pil pahit, tetapi kebanyakan obat yang khasiatnya menyembuhkan memang rasanya tidaklah manis.
Para investor dipasar modal sangat jeli melihat peluang dimasa yang akan datang. Pada saat
masa
kampanye dan dan pencalonan kepala negara,
kubu Jokowi-JK sudah menggaungkan bahwa pada
saat mereka terpilih akan fokus
atas pembangunan infrastruktur seperti irigasi, jembatan,
waduk, pembangkit listrik, pelabuhan, tol-laut, dan lainnya. Investor sangat yakin bahwa pemenang pengerjaan
proyek akan didominasi perusahaan konstruksi milik pemerintah seperti Wijaya Karya, PTPP, Waskita, dan Adhi
Karya.
Konstruksi merupakan sub
sektor dari
sektor
Properti
dalam
pengklasifikasian
perhitungan indeks di bursa saham Indonesia. Kenaikan
indeks sektor properti Indonesia sepanjang tahun 2014
sekitar 51,71% dengan PE Ratio 16,79 kali dan yang mencengangkan adalah kenaikan harga saham
konstruksi BUMN yang kenaikannnya rata-rata diatas 100 persen setahun, bahkan kenaikan saham
Waskita Karya sepanjang
tahun 2014 diatas 200 persen. Rata-rata PE Ratio ke-empat perusahaan
konstruksi BUMN tersebut sekitar
30,67 persen atau
dengan kata lain investor
dapat menerima bahwa dengan asumsi pendapatan tetap seperti sekarang, mereka akan balik modal 30 tahun lagi berdasarkan pendapatan. Pertanyaan besarnya, apakah investor
sedang berspekulasi besar
disektor properti sub konstruksi ataukah memang mereka sangat yakin bahwa program pembangunan infrastruktur Jokowi –
JK
akan segera terwujud.
Melihat kenyataan kenaikan indeks saham Indonesia
pada tahun 2014
yang cukup memuaskan, maka diperkirakan kenaikan
tersebut akan berlanjut ditahun 2015.
Dari perbandingan tiga
sektor sepanjang tahun 2014, terlihat sektor
properti
mengungguli
kenaikan sektor keuangan dan sektor pertambangan
yang masih
mengalami
kinerja memprihatinkan dikarenakan
harga komoditas
yang belum mengalami
kenaikan setelah penurunan harga
yang cukup dalam dan berkepanjangan.
Dibutuhkan kejelian dan keberuntungan untuk berinvestasi di tahun 2015, semoga ada sektor
lain selain properti yang
menjadi primadona ditahun ini. Bila saham konstruksi tetap
menjadi incaran investor, maka
saham semen dapat menjadi salah
satu menjadi perhatian,
karena tidak mungkin rasanya perusahaan konstruksi membangun
tanpa menggunakan semen. Selamat berinvestasi…..(
Ruben Sukatendel)
*** Artikel " Return Saham Konstruksi, Dahsyat…." dipublikasi pada majalah Suara Pemred, edisi Januari 2015
#rubensukatendel