Rabu, 12 November 2014

Strategi Investasi Menjelang Akhir Tahun 2014

#rubensukatendel
Indeks harga saham Indonesia (IHSG) mengalami kenaikan 19,4% sejak awal tahun sampai dengan pertengahan Oktober 2014. Sektor-sektor yang berkontribusi besar terhadap kenaikan indeks saham Indonesia diantaranya ; sektor properti & konstruksi naik sebesar 39,7%, keuangan naik sebesar 30,88%, infrastruktur naik sebesar 25,39%, perdagangan naik sebesar 18,58%, konsumsi naik sebesar 18,10%, dan industri dasar naik sebesar 12,49%.  Sektor pertambangan, aneka industri, dan perkebunan masih berkontribusi negative terhadap indeks saham Indonesia dikarenakan harga komoditas tambang dan kelapa sawit yang belum mengalami kenaikan sampai dengan saat ini.

Kenaikan indeks saham Indonesia didukung faktor fundamental ekonomi yang baik  ditengah bayang-bayang perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia. GDP Indonesia tahun 2014 diperkirakan 5,2% mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun 2013 yang  sebesar 5,8%, tetapi diperkirakan akan mengalami kenaikan ditahun 2015 sebesar 5,6%. Tingkat inflasi dan pengangguran diperkirakan akan menurun untuk tahun mendatang. Defisit neraca berjalan terlihat semakin melebar menjadi -3,4%  pada tahun 2013 dan  -3,1% pada tahun 2014 yang diantaranya imbas dari pelemahan harga komoditas yang membuat nilai ekspor komoditas menurun seiring perlambatan perekonomian China dan subsidi pemerintah atas BBM yang semakin besar.

Pelaku pasar menunggu kepastian terkait pemerintahan Jokowi-JK diantaranya ; kabinet Jokowi-JK yang berisi para ahli dibidangnya, komitmen Jokowi-JK mengurangi beban subsidi BBM, percepatan pembangunan infrastruktur, dan reformasi birokrasi di Indonesia. Salah satu program utama Jokowi-JK yakni pengurangan BBM bersubsidi sampai dengan Rp3000/liter. Alokasi dana pengurangan subsidi BBM akan dialihkan pada pos produktif seperti infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Pengurangan subsidi BBM akan memberikan ruang fiskal dan kepastian atas keberlangsungan proyek infrastruktur yang akan meningkatkan perekonomian.

Potensi kenaikan harga BBM bersubsidi akan berpengaruh untuk jangka pendek atas peningkatan inflasi, peningkatan suku bunga, penurunan daya beli masyarakat. Pada saat yang bersamaan akan pengurangan BBM bersubsidi akan memberikan ruang fiskal, proyek infrastruktur berjalan, perbaikan defisit transaksi berjalan, dan perbaikan sentimen investor atas indeks saham Indonesia.
Sektor saham yang masih memiliki potensi pertumbuhan laba diantaranya ; sektor konstruksi, properti, semen, dan farmasi yang diuntungkan dengan program pemerintahan baru Jokowi-JK yang fokus pada sektor tersebut. Sektor perbankan dan konsumsi tetap menarik sebagai bagian dari sektor yang telah disebutkan sebelumnya.

Kurangi alokasi investasi pada pasar modal untuk sementara waktu sampai pengumuman pengurangan subsidi BBM dikarenakan respon pasar akan turun sesaat khususnya atas saham-saham yang memiliki likuiditas tinggi. Masuk setelahnya secara bertahap pada sektor saham yang telah diuraikan pada tulisan ini.

Bagi anda yang belum terbiasa berinvestasi di pasar modal secara langsung, maka berinvestasi pada instrumen reksadana merupakan solusi yang baik. Keunggulan berinvestasi direksadana diantaranya dapat memulai investasi dengan modal hanya ratusan ribu, dikelola oleh pengelola yang memiliki pengalaman dibidangnya, dapat dicairkan (redemption) setiap saat dan berbagai kemudahan lainnya. Reksadana bukan produk yang dijamin oleh pemerintah dan produk ini juga mengandung risiko diantaranya penurunan nilai aset kelolaan, oleh karena itu, sebelum membeli anda diwajibkan membaca dan memahami terlebih dahulu prospektus reksadana.

Kami PT OSO Manajemen Investasi memperkenalkan produk reksa dana saham dan campuran yang dapat menjadi sarana  berinvestasi untuk pencapaian tujuan keuangan anda. Reksa Dana Saham OSO Sustainability Fund dan OSO Socent Fund merupakan reksa dana yang berkonsep Sustainable and Responsible Investment (SRI) yang menggunakan benchmark indeks SRI-Kehati. Reksa dana  OSO Syariah Equity Fund merupakan reksa dana berkonsep Syariah Islam menggunakan benchmark Jakarta Islamic Index (JII). 
 
PT OSO Manajemen Investasi merupakan anak usaha dari PT OSO Securities  yang mempunyai visi menjadi perusahaan Manajer Investasi Green di Indonesia yang profesional, terbesar, dan terpercaya dengan memiliki komitmen penuh terhadap investasi yang berkelanjutan (sustainability), keseimbangan dalam usaha (balance), kepedulian lingkungan (environmental concerns) dan tanggung jawab sosial (social responsibilities). (***) Ruben Sukatendel.

Notes; artikel ini dimuat di majalah Suara Pemred, edisi 15, November 2014  

 



Senin, 14 Juli 2014

Menyiapkan Dana Pendidikan si Kecil



JIKA sebelumnya kita membahas sejumlah pilihan tabungan pendidikan di beberapa bank, BNI yang memiliki Tabungan Perencanaan Masa Depan (Tapenas) BNI. Tabungan berjangka ini bisa dimanfaatkan nasabah sesuai kebutuhan masing-masing, tidak harus khusus untuk pendidikan.

Menurut Purnomo B Soetadi, EVP Customer Management and Marketing Bank BNI, pihaknya tidak langsung menawarkan untuk memakai produk Tapenas.

"Nasabah harus tahu terlebih dahulu, apa tujuan keuangannya, jangka waktu yang dimiliki berapa lama, dan bagaimana profil risiko nasabah," ujar Purnomo.

Ini berbeda dengan deposito yang memerlukan setoran awal cukup besar. "Tidak setiap nasabah mampu menaruh dana yang besar," imbuh Purnomo. Oleh karena itu, produk Tapenas ini adalah solusi bagi nasabah yang tidak punya dana langsung besar, tetapi punya dana untuk mengangsur secara rutin dan juga membantu nasabah disiplin menabung.

Tapenas BNI bisa disetor rutin dengan nominal yang sangat terjangkau, yakni kelipatan Rp 50.000 dan maksimal Rp 5 juta. Tapenas juga sudah digabung dengan asuransi jiwa yang berlaku sejak bulan pertama menjadi nasabah.

"Tidak perlu tes kesehatan, jika terjadi sesuatu pada nasabah, ada jaminan, sehingga tidak mengganggu rencana dana pendidikannya," jelas Purnomo.

Asuransi jiwa bawaan Tapenas ini gratis bagi nasabah. Namun bila nasabah ingin menambahkan asuransi jenis lain akan dikenakan biaya premi.

Dalam merencanakan keuangan, Purnomo menyarankan hendaknya nasabah juga mempertimbangkan kemampuan finansial. Taruh kata, dalam waktu 20 tahun anak ingin kuliah di universitas tertentu. BNI akan memberi saran sesuai kemampuan keuangan nasabah yang bersangkutan dan menunjukkan sebenarnya berapa dana yang terjangkau untuk dikumpulkan sebagai biaya pendidikan anak.

Anggap saja seseorang membutuhkan dana Rp 100 juta, namun setelah dihitung hasil Tapenas hanya Rp 70 juta. "Kami menyarankan agar nasabah tidak ngotot menambah nominal setoran, tetapi bisa mencari alternatif sekolah atau perguruan tinggi lain yang lebih terjangkau," ujar Purnomo.

Sejauh ini, menurut Purnomo, nasabah yang membuka rekening Tapenas memilih tenor waktu 10 tahun. Ia pun mendapati fenomena menarik dari para nasabah Tapenas BNI. "Dalam rentang waktu sekian tahun, pola ekonomi nasabah bisa berubah, pendapatan naik, dan semacamnya, sehingga penggunaan Tapenas tidak harus untuk dana pendidikan," jelas Purnomo.

PANDANGAN FINANCIAL PLANNER

Menurut Lisa Soemarto, perencana keuangan dari AFC, Tabungan Pendidikan Xtra merupakan gabungan antara investasi dan asuransi, sehingga tidak bisa jika dibandingkan dengan reksadana sebagai produk murni investasi. Tabungan pendidikan ini menawarkan suku bunga antara 3,75% hingga 5% per tahun sesuai tenor waktu setoran. Setoran paling singkat tiga tahun akan mendapat bunga 3,75% dan setoran terlama adalah 20 tahun akan mendapat bunga 5% per tahun.

Bunga berlaku tetap selama lima tahun, dan akan dikaji setiap lima tahun. Nah, dari gambaran bunga yang diberikan ini, tampak bahwa produk ini cocok bagi Anda yang konservatif. Namun bagi Anda yang tergolong moderat atau agresif, tentu bunga maksimal 5% per tahun ini jauh tertinggal dibanding produk-produk investasi lainnya.

Mencermati bunga yang diberikan paling tinggi 5%, artinya masih tertinggal dibanding kenaikan biaya pendidikan yang berkisar 10% hingga 20% per tahun.

"Hasilnya tidak maksimal," ujar Lisa. Sedangkan benefit asuransi yang diberikan, menurut Lisa, juga bisa dibeli secara terpisah.

Sekadar gambaran, Eko Endarto, perencana keuangan dari Financial Consulting, memberikan perbandingan dengan reksadana saham yang bisa memberikan imbal hasil antara 15% hingga 20% per tahun.

"Jika dana ditempatkan pada reksadana saham dengan hasil 15%, setoran bulanan yang harus dibayarkan selama 20 tahun adalah Rp 1,3 juta. Bila hasil reksadana saham 20% per tahun, Anda hanya setor Rp 610.000 per bulan," papar Eko.

Sebenarnya, masih menurut Eko, produk tabungan pendidikan cocok untuk keperluan jangka pendek. Meski begitu, menilik bunga tabungan pendidikan yang hanya 3,75% hingga 4% untuk jangka waktu hingga 3 tahun, hasilnya masih terbilang sangat kurang dibandingkan dengan ORI yang memberi imbal hasil 6% per tahun atau saving bonds yang minimal memberi imbal hasil 8,75%.

Meski demikian Eko berpendapat bahwa tabungan pendidikan tetap memiliki keunggulan dibanding tabungan reguler. "Ada hasil yang bisa dikatakan pasti, dan perlindungan yang biasanya tidak ada di produk tabungan biasa. Selain itu juga keharusan nasabah diikat menjadi kelebihan tabungan ini yang menjadikan nasabah disiplin dengan tujuan keuangannya," jelas Eko.

Masuk dalam penjaminan LPS

Sebagai produk bank, tabungan pendidikan, menurut perencana keuangan Diana Sandjaja, juga memiliki beberapa daya tarik. Pertama, tabungan pendidikan mendapat penjaminan LPS jika terjadi likuidasi pada bank. "Risiko kehilangan dana menjadi lebih kecil karena ada LPS yang menjamin," ujar Diana.

Kedua, target dana yang dicapai menjadi lebih pasti karena ada kontrak yang mengikat besaran angka pemberian bunga. Ketiga, ada bundel dengan produk proteksi alias asuransi juga menarik.

Terlebih lagi, Tabungan Pendidikan Xtra juga memberikan uang pertanggungan sebesar lima kali penghasilan nasabah, selain setoran bulanan akan dilanjutkan oleh perusahaan asuransi. "Jadi setoran tetap dilakukan dan dilanjutkan sesuai tenor waktu, meski orangtua sudah tiada," imbuh Diana.

Sayangnya, produk tabungan pendidikan memberikan bunga yang sangat kecil dibandingkan nilai inflasi biaya pendidikan yang bisa mencapai 10% hingga 20%.

"Dikhawatirkan jumlah dana tidak cukup untuk membiayai pendidikan anak ketika jatuh tempo," ujar Diana mengingatkan. Salah satu solusi mengimbangi inflasi biaya pendidikan adalah orangtua harus menabung dalam jumlah lebih besar.

Diana menganjurkan tenor tabungan pendidikan tidak lebih dari 3 tahun. "Kalau tenor di atas 3 tahun sayang kalau pilih yang konvensional tabungan, lebih baik memilih yang agresif," imbuh Diana. Sekadar contoh, jika hanya memiliki rentang waktu dua tahun Diana sangat tidak menyarankan menaruh di reksadana, tetapi lebih baik ke tabungan pendidikan yang umumnya juga lebih menarik ketimbang tabungan reguler.

Menurut Ruben Sukatendel, perencana keuangan dari FokusFinansial, tabungan pendidikan cocok bagi Anda yang tidak memiliki banyak waktu untuk berurusan dengan bank. "Daripada tidak pernah menyiapkan dana pendidikan, tabungan pendidikan merupakan alternatif yang membuat orang menjadi disiplin. Terkait dengan besarnya bunga, Ruben mengingatkan bahwa suku bunga yang dijamin oleh LPS adalah di bawah suku bunga LPS yang saat ini 7,75% per tahun.

Kini, Anda, sebagai orangtua yang bijak, silakan mengukur kemampuan finansial dan tujuan pendidikan anak Anda per jenjang. Agar tidak kelabakan saat dana pendidikan perlu dibayarkan ke sekolah yang dituju, Anda harus berhitung secara cermat sejak usia anak masih dini. Semakin dini Anda menyiapkan dana pendidikan, semakin lama rentang waktu yang Anda miliki dan memilih produk terbaik. Dan, tentu saja, semakin besar peluang si kecil meraih cita-cita dan mimpi-mimpinya kelak. Selamat berhitung! Percayalah, jerih payah Anda saat ini akan berbuah manis kelak. (net/lhl/k14/habis)

http://www.kaltimpost.co.id/berita/detail/84424-menyiapkan-dana-pendidikan-si-kecil-2

Kamis, 19 Juni 2014

Bijak menyiapkan dana pendidikan si kecil

JAKARTA. Setiap orang tua tentu ingin memberikan pendidikan terbaik bagi anaknya. Sebab, pendidikan inilah yang akan menjadi bekal dan modal bagi anak hingga mampu mandiri kelak. Segala upaya persiapan dana pendidikan dilakukan orang tua demi bisa menyekolahkan anak di sekolah-sekolah terbaik.

Nah, kenaikan biaya pendidikan di Indonesia yang melaju melebihi inflasi tentu mengharuskan kita berhitung secara cermat dan bersikap bijak dalam memilih produk-produk keuangan. Tengok saja beberapa sekolah ternama, menetapkan kenaikan biaya pendidikan antara 10% hingga 20% per tahun. Bandingkan, berapa tinggi kenaikan pendapatan kita?

Jadi, jika Anda ingin aman, silakan tempatkan dana pendidikan anak pada produk dengan imbal hasil minimal setara inflasi, syukur-syukur bisa lebih tinggi sesuai kenaikan biaya pendidikan di sekolah atau perguruan tinggi yang dituju. Jika salah memilih instrumen investasi, bisa-bisa target dana yang dicapai masih jauh dari kebutuhan biaya pendidikan. Jika ini yang terjadi, Anda harus membujuk si kecil yang telah remaja kelak untuk memilih sekolah atau perguruan tinggi sesuai dengan dana yang tersedia.

Tabungan Pendidikan Extra CIMB Niaga
Kini, hampir semua bank memiliki produk tabungan pendidikan baik berjangka maupun reguler. Nah, baru-baru ini Bank CIMB Niaga meluncurkan produk Tabungan Pendidikan Xtra. Iklan mencolok pun tampil di papan reklame "Nabung Rp 5 juta, dapat jaminan dana pendidikan total hingga Rp 7,9 miliar." Inilah strategi pemasaran bank yang sekilas menggiurkan bagi calon nasabah.

Anda, tentu, perlu mencerna dan memahami terlebih dahulu bahasa iklan semacam ini. Sebab, biasanya di bawahnya diberi catatan syarat dan ketentuan. Dalam kondisi normal, dana yang terkumpul Rp 1,9 miliar.

Menurut Sukiwan, Vice President Consumer Liabilities Business Group Head CIMB Niaga, latar belakang peluncuran produk Tabungan Pendidikan Xtra adalah lantaran tingkat risiko yang dihadapi nasabah semakin besar dari tahun ke tahun. Dalam kondisi seperti ini, jika nasabah penyetor meninggal dunia, pendidikan anaknya bisa terancam. "Kalau hanya memberikan perlindungan tabungan pendidikan, tidak maksimal hasilnya," ujar Sukiwan.

Nah, lewat produk ini, ahli waris nasabah akan mendapatkan dua manfaat perlindungan. Pertama, jaminan perlindungan terhadap dana pendidikan. Jika nasabah meninggal atau cacat tetap, skema atau rencana tabungan akan diteruskan pihak asuransi.

Kedua, nasabah juga mendapatkan jaminan pertanggungan pengganti biaya hidup sebesar 5 kali dari nilai setoran rutin. Misalnya nasabah menyetor Rp 5 juta per bulan, maka pertanggungan biaya hidup untuk ahli waris adalah Rp 25 juta per bulan yang akan ditransfer ke rekening ahli waris atau keluarga yang ditunjuk. "Inilah perlindungan yang membuat produk ini lebih spesial dibandingkan tabungan pendidikan pada umumnya." jelas Sukiwan.

Dalam memberikan manfaat asuransi, CIMB Niaga menggandeng perusahaan asuransi Sun Life dan bergabung menjadi PT CIMB Sun Life. Setiap nasabah yang hendak membuka produk ini akan diminta melakukan cek kesehatan terlebih dahulu. Nasabah juga tak perlu khawatir tentang biaya premi asuransi. "Murni gratis dari bank dan nasabah sudah bisa mendapatkan perlindungan sejak bulan pertama menabung," imbuh Sukiwan.

CIMB Niaga menetapkan jaminan pertanggungan lima kali nilai setoran berdasarkan rumus 20% pendapatan. Pertimbangannya adalah saat menabung seseorang diharapkan bisa menyisihkan 20% dari penghasilannya. Dengan demikian, jika terjadi musibah terhadap nasabah, keluarga bisa mendapatkan total pertanggungan (100%).

Tapenas BNI
Lain lagi dengan BNI yang memiliki Tabungan Perencanaan Masa Depan (Tapenas) BNI. Tabungan berjangka ini bisa dimanfaatkan nasabah sesuai kebutuhan masing-masing, tidak harus khusus untuk pendidikan. Menurut Purnomo B.Soetadi, EVP Customer Management and Marketing Bank BNI, pihaknya tidak langsung menawarkan untuk memakai produk Tapenas. "Nasabah harus tahu terlebih dahulu, apa tujuan keuangannya, jangka waktu yang dimiliki berapa lama, dan bagaimana profil resiko nasabah," ujar Purnomo.

Jika profil nasabah adalah konservatif, akan dipilihkan produk deposito atau Tapenas. Namun, jika profil nasabah moderat atau agresif, BNI akan menawarkan beberapa alternatif produk seperti reksadana, ORI, Sukuk, dan lain-lain. Produk Tapenas BNI menurut Purnomo cocok untuk nasabah dengan profil risiko konservatif, tidak memiliki dana tunai besar, namun mampu mengangsur secara rutin.

Ini berbeda dengan deposito yang memerlukan setoran awal cukup besar. "Tidak setiap nasabah mampu menaruh dana yang besar." imbuh Purnomo. Oleh karena itu, produk Tapenas ini adalah solusi bagi nasabah yang tidak punya dana langsung besar, tetapi punya dana untuk mengangsur secara rutin dan juga membantu nasabah disiplin menabung.

Tapenas BNI bisa disetor rutin dengan nominal yang sangat terjangkau, yakni kelipatan Rp 50.000 dan maksimal Rp 5 juta. Tapenas juga sudah digabung dengan asuransi jiwa yang berlaku sejak bulan pertama menjadi nasabah. "Tidak perlu tes kesehatan, jika terjadi sesuatu pada nasabah, ada jaminan, sehingga tidak menganggu rencana dana pendidikannya," jelas Purnomo.

Asuransi jiwa bawaan Tapenas ini gratis bagi nasabah. Namun bila nasabah ingin menambahkan asuransi jenis lain akan dikenakan biaya premi.

Dalam merencanakan keuangan, Purnomo menyarankan hendaknya nasabah juga mempertimbangkan kemampuan finansial. Taruh kata, dalam waktu 20 tahun anak ingin kuliah di universitas tertentu. BNI akan memberi saran sesuai kemampuan keuangan nasabah yang bersangkutan dan menujukkan sebenarnya berapa dana yang terjangkau untuk dikumpulkan sebagai biaya pendidikan anak.

Anggap saja seseorang membutuhkan dana Rp 100 juta, namun setelah dihitung hasil Tapenas hanya Rp 70 juta. "Kami menyarankan agar nasabah tidak ngotot menambah nominal setoran, tetapi bisa mencari alternatif sekolah atau perguruan tinggi lain yang lebih terjangkau," ujar Purnomo.

Sejauh ini, menurut Purnomo, nasabah yang membuka rekening Tapenas memilih tenor waktu 10 tahun. Ia pun mendapati fenomena menarik dari para nasabah Tapenas BNI. "Dalam rentang waktu sekian tahun, pola ekonomi nasabah bisa berubah, pendapatan naik, dan semacamnya, sehingga penggunaan Tapenas tidak harus untuk dana pendidikan," jelas Purnomo.

Pandangan financial planner
Menurut Lisa Soemarto, perencana keuangan dari AFC, Tabungan Pendidikan Xtra merupakan gabungan antara investasi dan asuransi, sehingga tidak bisa jika dibandingkan dengan reksadana sebagai produk murni investasi. Tabungan pendidikan ini menawarkan suku bunga antara 3,75% hingga 5% per tahun sesuai tenor waktu setoran. Setoran paling singkat tiga tahun akan mendapat bunga 3,75% dan setoran terlama adalah 20 tahun akan mendapat bunga 5% per tahun.

Bunga berlaku tetap selama lima tahun, dan akan dikaji setiap lima tahun. Nah, dari gambaran bunga yang diberikan ini, tampak bahwa produk ini cocok bagi Anda yang konservatif. Namun bagi Anda yang tergolong moderat atau agresif, tentu bunga maksimal 5% per tahun ini jauh tertinggal dibanding produk-produk investasi lainnya.

Mencermati bunga yang diberikan paling tinggi 5%, artinya masih tertinggal dibanding kenaikan biaya pendidikan yang berkisar 10% hingga 20% per tahun. "Hasilnya tidak maksimal," ujar Lisa. Sedangkan benefit asuransi yang diberikan, menurut Lisa, juga bisa dibeli secara terpisah.

Sekadar gambaran, Eko Endarto, perencana keuangan dari Financia Consulting, memberikan perbandingan dengan reksadana saham yang bisa memberikan imbal hasil antara 15% hingga 20% per tahun. "Jika dana ditempatkan pada reksadana saham dengan hasil 15%, setoran bulanan yang harus dibayarkan selama 20 tahun adalah Rp 1,3 juta. Bila hasil reksadana saham 20% per tahun, Anda hanya setor Rp 610.000 per bulan," papar Eko.

Sebenarnya, masih menurut Eko, produk tabungan pendidikan cocok untuk keperluan jangka pendek. Meski begitu, menilik bunga tabungan pendidikan yang hanya 3,75% hingga 4% untuk jangka waktu hingga 3 tahun, hasilnya masih terbilang sangat kurang dibandingkan dengan ORI yang memberi imbal hasil 6% per tahun atau saving bonds yang minimal memberi imbal hasil 8,75%.

Meski demikian Eko berpendapat bahwa tabungan pendidikan tetap memiliki keunggulan dibanding tabungan reguler. "Ada hasil yang bisa dikatakan pasti, dan perlindungan yang biasanya tidak ada di produk tabungan biasa. Selain itu juga keharusan nasabah diikat menjadi kelebihan tabungan ini yang menjadikan nasabah disiplin dengan tujuan keuangannya," jelas Eko.

Masuk dalam penjaminan LPS

Sebagai produk bank, tabungan pendidikan, menurut perencana keuangan Diana Sandjaja, juga memiliki beberapa daya tarik. Pertama, tabungan pendidikan mendapat penjaminan LPS jika terjadi likuidasi pada bank. "Risiko kehilangan dana menjadi lebih kecil karena ada LPS yang menjamin," ujar Diana.

Kedua, target dana yang dicapai menjadi lebih pasti karena ada kontrak yang mengikat besaran angka pemberian bunga. Ketiga, ada bundel dengan produk proteksi alias asuransi juga menarik.

Terlebih lagi, Tabungan Pendidikan Xtra juga memberikan uang pertanggungan sebesar lima kali penghasilan nasabah, selain setoran bulanan akan dilanjutkan oleh perusahaan asuransi. "Jadi setoran tetap dilakukan dan dilanjutkan sesuai tenor waktu, meski orang tua sudah tiada," imbuh Diana.

Sayangnya, produk tabungan pendidikan memberikan bunga yang sangat kecil dibandingkan nilai inflasi biaya pendidikan yang bisa mencapai 10% hingga 20%. "Dikhawatirkan jumlah dana tidak cukup untuk membiayai pendidikan anak ketika jatuh tempo," ujar Diana mengingatkan. Salah satu solusi mengimbangi inflasi biaya pendidikan adalah orangtua harus menabung dalam jumlah lebih besar.

Diana menganjurkan tenor tabungan pendidikan tidak lebih dari 3 tahun. "Kalau tenor di atas 3 tahun sayang kalau pilih yang konvensional tabungan, lebih baik memilih yang agresif," imbuh Diana. Sekadar contoh, jika hanya memiliki rentang waktu dua tahun Diana sangat tidak menyarankan menaruh di reksadana, tetapi lebih baik ke tabungan pendidikan yang umumnya juga lebih menarik ketimbang tabungan reguler.

Menurut Ruben Sukatendel, perencana keuangan dari Fokus Finansial, tabungan pendidikan cocok bagi Anda yang tidak memilik banyak waktu untuk berurusan dengan bank. "Daripada tidak pernah menyiapkan dana pendidikan, tabungan pendidikan merupakan alternatif yang membuat orang menjadi disiplin. Terkait dengan besarnya bunga, Ruben mengingatkan bahwa suku bunga yang dijamin oleh LPS adalah di bawah suku bunga LPS yang saat ini 7,75% per tahun.

Kini, Anda, sebagai orang tua yang bijak, silakan mengukur kemampuan finansial dan tujuan pendidikan anak Anda per jenjang. Agar tidak kelabakan saat dana pendidikan perlu dibayarkan ke sekolah yang dituju, Anda harus berhitung secara cermat sejak usia anak masih dini. Semakin dini Anda menyiapkan dana pendidikan, semakin lama rentang waktu yang Anda miliki dan memilih produk terbaik. Dan, tentu saja, semakin besar peluang si kecil meraih cita-cita dan mimpi-mimpinya kelak. Selamat berhitung! Percayalah, jerih payah Anda saat ini akan berbuah manis kelak.

Sumber : Infovesta

Selasa, 17 Juni 2014

Ruben Sukatendel (Profile)



Ruben Sukatendel, Warga Negara Indonesia, Sarjana Akuntansi dari Universitas Sumatera Utara dan memperoleh gelar Akuntan dari Departemen Keuangan Republik Indonesia. Memiliki pengalaman profesional selama lebih 19 tahun dalam industri keuangan dan pasar modal Indonesia. Berkarir diantaranya; pada perusahaan efek BNI Sekuritas dan manajer investasi BNI Asset Management dengan posisi terakhir sebagai Portfolio Manager. Selama berkarir sebagai Portfolio Manager pernah mengelola aset sebesar Rp 6,5 Triliun yang penempatannya pada instrumen efek saham, pendapatan tetap, dan pasar uang.

Sejak September 2013, bergabung dengan OSO Manajemen Investasi sebagai Vice President pada divisi Investasi dengan posisi terakhir sebagai Direktur Investasi yang bertanggung-jawab terhadap strategi dan pengelolaan investasi, serta pembuatan produk reksa dana.  Pada September 2017 sampai saat ini, bergabung dengan Taspen Life yang merupakan salah satu perusahaan asuransi jiwa ternama di Indonesia sebagai Senior Vice President - Investment yang bertanggung jawab dalam pengelolaan investasi perusahaan.

Ruben Sukatendel secara aktif mempelajari dan menekuni bidang Investasi dan Perencanaan Keuangan sejak tahun 2000 dengan aktif mengikuti berbagai pelatihan, seminar, dan sertifikasi profesi baik didalam maupun luar negeri. beliau juga memberikan kuliah umum dan pelatihan terkait investasi dan perencanaan keuangan pada beberapa universitas negeri dan swasta, serta perusahaan lokal dan multinasional. Ruben Sukatendel juga pernah menjadi nara sumber diberbagai media massa seperti Bloomberg, Jakarta Globe, Kontan, Bisnis Indonesia, Intisari,  Suara Pemred.

Ruben Sukatendel merupakan Pendiri (Founder) Fokus Finansial, Konsultan Perencanaan Keuangan Independen dengan spesialisasi Investasi berbentuk Perseroan Terbatas yang bergerak dalam bidang Jasa Konsultasi Manajeman (Bisnis dan Sumber Daya Manusia) seperti Investment Planning, Perencanaan Keuangan, serta Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.
Pendidikan Formal : SE, Ak
Izin Profesi Pasar Modal : - Wakil Manajer Investasi (WMI)
– Wakil Penjamin Emisi Efek (WPEE)
– Wakil Perantara Pedagang Efek (WPPE)
– Wakil Penjual Efek Reksa Dana (WAPERD)
Sertifikasi Profesi : - Akuntan (D-23.532) 
- Certified Securities Analyst (CSA®)
- Certified Financial Planner (CFP®)
– Registered Financial Advisor (RFA®)
– Associate Estate Planning Practitioner (AEPP®)
– Qualified Wealth Planner (QWP™)
– Certified Risk Professional (CRP®)  
– Certificate in Life Insurance (CLI)
-  Certified Investment Banking (CIB®)